Skip to main content

Staf Peneliti, Toko Bunga, dan Skripsi

"Mas, aku mau daftar ini deh, hehe untuk mengisi waktu luang kalau kamu tinggal ke Ausi"
Waktu itu bulan Januari, aku nge-share postingan di Line tentang lowongan jadi staf peneliti di suatu pusat studi di univ sebelah. Kebetulan waktu itu juga udah mau ditinggal Mas Faiz yang bulan Februari berangkat ke Australia buat sekolah lagi. Terus karena selama ini aku sangat tergantung sama Mas Faiz (maksudnya apa-apa sama Mas Faiz) daripada aku jobless mending aku cari-cari kesibukan.

"Tapi itu kan pusat studi HTN, kamu kan perdata"
Yash. Kebetulan pusat studi yang mau aku lamar (cie) itu adalah pusat studi hukum konstitusi, yang mana berbeda 180 derajat sama konsentrasi waktu kuliah. Waktu itu ya mau iseng-iseng aja gitu nyoba daftar. Kalau keterima ya alhamdulillah, kalau nggak ya udah memang bukan rezeki. Akhirnya berangkat lah aku nganterin berkas pendaftaran di hari Jumat barokah. Ternyata bangunan tempat pusat studi yang aku tuju itu bangunan kuno yang terletak di lingkungan yang sepi. Horor? Nggak sih, aku belum pernah tiba-tiba merinding di sana.
Setelah daftar dan wawancara yang kujalani dengan terlalu santai dan nyolot, akhirnya aku diterima "kerja" di sana. Senengnya adalah tidak ada kontrak, jadi aku bisa fleksibel dengan jadwalku dan nggak terikat juga. Tantangannya adalah aku sendirian di sana. Maksudnya, karena itu pusat studi univ sebelah, nggak ada anak univ ku yang daftar. Jadi yha, aku sendirian. It's okay.

"Mas, aku sama Fira mau jualan bunga buat wisuda"
Ini juga salah satu ke-kurangkerjaan-ku. Setelah tau bahwa aku dan pusat studi tidak diikat kontrak apapun, aku jadi merasa "wah, nggak sibuk-sibuk amat nih kalau gini". Kemudian, aku sama Fira iseng-iseng bikin toko bunga. Bukan toko bunga offline sekelas toko bunga di Kotabaru, tapi masih toko online dan yang pesen juga temen sendiri HAHAHA. Terus, sebelum Mas Faiz berangkat ke Ausi, Mas Faiz bantuin bikinin logo sama desain buat di kartu ucapannya. Hamdallah, karena aku dan Fira sama-sama nggak jago desain-desain. Sampai saat ini tokonya masih jalan lho. Ayo, ayo kalo mau pesen bunga bisa ke Zaira Florist!

"Skripsimu gimana?"
Ada masa-masa di mana aku paling sebel ditanyain begini. Karena jujur dari lubuk hati yang paling dalam, aku malas mengerjakan skripsi karena topiknya bukan topik yang aku inginkan. Selain itu juga ada rasa nggak sreg sama dosen pembimbing. Padahal di awal-awal aku dikasih tau sama orang-orang kalau dosen pembimbingku itu enak. Yha. Ternyata begitu lah hahahahaha. Awalnya kupikir topik skripsiku ini mudah dan aku bisa lulus cepat lalu see you ibu dps. Ternyata TIDAK :( Si ibu merasa dataku kurang ini itu, harus wawancara lagi ini itu, tapi ujung-ujungnya skripsiku tidak dibaca lol. Ya sudah lah.
Pertengahan bulan lalu Mas Faiz pulang ke Jogja karena dapat tiket promo dan mau kabur dari winter. Di situ lah aku merasa sudah lama juga aku nggak menyelesaikan skripsi. Sudah lama banget aku absen buka folder "ought to finish". Akhirnya aku buka lagi dan kerjakan lagi. Skripsiku selesai, kemudian timbul drama pendadaran.
Jadi, batas pendaftaran pendadaran itu hari Jumat, sedangkan hingga hari Senin skripsiku belum di acc. Mulai panik, bisa nggak ya pendadaran bulan Juli dan wisuda bulan Agustus. Tambah panik lagi kalau teringat kata-kata dps yang curhat (jadi tiap aku bimbingan, si ibu selalu curhat. misal bimbingan 30 menit, yang 20 menit sendiri si ibu curhat) kalau dia nggak suka sama mahasiswa yang keburu-buru pengen sidang. Jadilah aku nggak berani tanya. Tapi kalau nggak tanya juga si ibu tidak memberikan kepastian. Akhirnya aku beranikan hari Rabu aku tanya ke si ibu, ternyata oh ternyata dari hari Senin skripsiku sudah dikoreksi dan ada koreksi sedikit, yaitu kata pengantar -_-. Singkat cerita akhirnya hari itu juga aku benerin dan urus semuanya hingga akhirnya di sore hari aku daftar sidang.

"Aku bisa wisuda Agustus nggak ya ..."
Setelah daftar sidang di hari Rabu, aku dapat info kalau hari terakhir pendaftaran sidang dipercepat jadi hari .... Rabu! Alhamdulillah hari itu semuanya dilancarkan jadi aku bisa daftar sidang. Setelah daftar bukannya malah belajar, aku malah bingung harus ngapain. Deg-degan bisa kekejar nggak ya kalau wisuda agustus. Apalagi jadwalku sangat mepet pet pet. Kemudian hari Kamis, temanku Asti pendadaran. Aku dan geng pendadaran planner datang.
Waktu itu dengan santainya aku jalan ke bagian perdata sambil bawa bunga untuk Asti yang kurangkai sendiri. Ternyata Asti masih nunggu satu penguji lagi. Terus pas ketemu, Asti bilang "Eh, Riz tadi dicari Mas Sugeng (staf administrasi bagian perdata), ketoke jadwalmu dah keluar. Nek nggak salah pengujimu Prof T"
Deg.
Matilah.
Prof T cuuuuy.
Langsung bunga yang ditanganku tak kasihin Asti terus aku cari Mas Sugeng. Dan yash, jadwal pedadaranku hari Senin. Dan yash, salah satu pengujinya Prof T yang terkenal atos dan kalau ngomong nyelekit. Kemudian aku terduduk lemas dan ngeline Mas Faiz "Aku di perdata. I need you".

"HUHUHU GIMANA NIH YANG NGUJI PROF T"
Panik level teratas kalau ini mah. Langsung aku tanya-tanya temanku yang pernah diuji Prof T. Pertanyaan-pertanyaannya model gimana. Ternyata pertanyaan-pertanyaan beliau umumnya pertanyaan yang nggak bakal kepikiran bakal ditanyain. Langsung lah aku nge-list pertanyaan-pertanyaan yang absurd. Nggak susah sih nge-list nya karena aku juga sering menanyakan hal-hal absurd ke diriku sendiri dan Mas Faiz. Yang susah adalah cara jawabnya biar tidak blunder.
Hari-hari setelahnya diisi dengan latihan pendadaran sama Mas Faiz. Terima kasih Ya Allah, Mas Faiz ada waktu itu. Kalau enggak, aku nggak tau gimana nasib pendadaranku. Setiap latihan sama Mas Faiz, aku selalu nangis. Karena aku tahu ada lubang gede di skripsiku. Kesalahan terfatal abad ini. Kemudian muncul "what if" para pengujiku menyadari ada lubang gede itu. Mungkin Mas Faiz sampai gemas dan bete karena tiap latihan aku pasti nangis. Mau latihannya di kampus juga aku nangis. Tapi Mas Faiz baik banget, meskipun aku gembeng bukan main tapi tetep sabar.
H-1 pendadaran aku malah tour de kondangan. Seharian kondangan. Terus malemnya Mas Faiz tak telpon sampai beberapa jam buat latihan pendadaran. Cen drama tenan.
Hari H pendadaran aku ke kampus jam 7 lebih 17. Masih seeepiii banget dan Mas Faiz juga belum bangun. Aku pikir pendadarannya bakal molor tapi ternyata tidak. On time guysss. Mana waktu itu Mas Faiz belum dateng, yang ada cuma Agung yang akhirnya tak titipin tasku.
Pembantaian di mulai.
Alhamdulillah tidak ndredeg cuma agak nyolot aja seperti biasa. Ternyata aku itu tipe orang yang kalau H-sekian hari itu over thinking tapi kalau sudah hari H over confidence. Ya sudah lah dibantai mah haha hehe aja malah cenderung nyolot. Astaga. Dan alhamdulillah aku lulus dengan nilai A.
Masa-masa after pendadaran juga banyaaaak banget dibantu Mas Faiz. Meskipun kadang bete kalau nemenin sering selalu ditinggal ngegame.

Begitulah drama-drama beberapa bulan terkahir ini. Alhamdulillah semuanya bisa jalan bersamaan. Meskipun tidak tepat waktu seperti yang direncanakan. But He always set the best time for us. I'm not afraid of anything because I know Who holds my heart.

"Thank you for always be there and never give up on me, on us"

Comments

Popular posts from this blog

Pack (and unpack) These Feelings

Kau tahu apa hal yang paling sulit dari menjadi manusia? Bagiku, hal yang paling menyulitkan adalah punya berbagai perasaan. Marah, sedih, bahagia, kecewa, jijik, jatuh cinta, patah hati. Dari sekian banyak perasaan itu yang paling aku benci adalah jatuh cinta. Aku benci untuk bertemu dengan orang baru, merasa cocok, (tololnya) menjatuhkan hatiku, menghabiskan waktu bersamanya, melakukan banyak hal berdua, lalu jika sudah saatnya berakhir, maka salah satu dari kami harus mengemasi koper perasaan dan hengkang dari relung hati masing-masing. Pergi menjauh, berjarak, pura-pura tidak kenal jika tiba-tiba bertemu di tempat umum. I hate to pack and unpack my feelings. It's like I just arrived at the hotel, unpack my luggage, choose what to wear and what to do, having fun, and when the checkout time arrived, I have to pack all of the joy and leave the hotel. Back to reality. I hate this kind of staycation yet I looove staycation so much. Lalu aku berhenti untuk membawa koper besar tiap ka...

Blooming in Time (I)

 Pada suatu ketika, aku merasa kehilangan diriku sendiri. Aku kehilangan aku. Suamiku tidak kehilangan istrinya. Anakku pun tidak kehilangan ibunya. (Mungkin) ibuku pun tidak kehilangan anak perempuannya. Tapi aku kehilangan aku. Mungkin aku kurang bersyukur, begitu kata orang-orang. Apalagi yang kuharapkan dalam hidup? Kehidupan layak, anak cerdas, suami setia, lingkungan kerja santai tapi gaji tetap ada. Apalagi yang kurang? Namun sekali lagi, sekali pun aku tak hentinya bersyukur dengan apa yang tercurahkan dalam hidupku, aku tetap merasa kehilangan aku. Sekali lagi, aku kehilangan aku. Bukan seperti gembala yang kehilangan asu - kelimpungan menjaga ternaknya. Tidak. Aku kehilangan aku. Dan aku ingin menemukan di mana diriku tercecer. Mungkin terselip di sela-sela halaman novel dewasa yang belum tamat kubaca. Di sudut kamar bersama debu-debu yang luput tersapu. Di dinding kamar mandi yang belum kugosok lagi. Aku ingin menemukan aku yang hilang. Sebelum ingatan tentangku juga kia...

[Review] Mengupas Metafora Dua Garis Biru

Sudah lebih dari seminggu sejak saya menonton film ini. Tetapi rasa terombang-ambing dalam pikiran, kekalutan, dan kesedihan itu masih nyata adanya. Saya menonton film ini bertiga berdua, dengan suami saya. Saya nggak nangis mewek sampai mata bengkak di dalam bioskop, tapi hati saya masih pilu sampai saat ini. Awalnya saya pun tidak ingin menuliskan review film ini karena sudah banyak sekali yang menuliskan, bahkan lebih apik dari tulisan saya. Jadi biar lah tulisan ini saya tujukan untuk diri saya sendiri saja. - Metafora yang Tak Berkesudahan Pasti teman-teman sudah tahu bahwa film ini bertabur metafora dari awal sampai akhir yang sudah diulas di berbagai review dan spoiler film ini. Kerang, stroberi, ondel-ondel biru adalah beberapa hal yang kerap diulas. Kali ini saya tidak akan mengulas metafora itu, karena saya cukup setuju dan mengaminkan saja yang telah diulas orang lain. Kali ini saya akan mengulas mengenai epilog dari film ini. Seperti yang sudah kita lihat (atau ba...